đŸ•ș Analisis Puisi Yang Fana Adalah Waktu

yangfana adalah waktu di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan. Beli yang fana adalah waktu di Media Rakyat. Promo khusus pengguna baru di aplikasi Tokopedia! Puisi; yang fana adalah waktu; Atur jumlah dan catatan. Stok: 50. Tambah Catatan. Subtotal. Dibagian kanan, ada area yang didesain mirip ruang tamu, yang disekat rak hitam berisi buku-buku. Ini adalah rak buku kolektif @ mana pengunjung bisa berdonasi, menukar, atau membeli buku dengan sistem pay as you wish. Rak serupa pernah kutemukan juga di Tujuhari Coffee yang pernah kukunjungi beberapa waktu lalu. Langkahyang digunakan penulis dalam teknik analisis ini adalah (1) mengklasifikasi data dari puisi Yang Fana adalah Waktu, (2) melakukan identifikasi terhadap data-data yang diperoleh dari puisi Yang Fana adalah Waktu, (3) pemberian makna pada puisi yang dibaca, (4) mendeskripsikan data penelitian berdasarkan apa yang diperoleh dari puisi. Salahsatu unsurnya adalah latar yang meliputi tempat, waktu, dan suasana. Dilansir dari Modul Pembelajaran SMA Bahasa Indonesia, unsur intrinsik adalah komponen-komponen yang membangun sebuah karya sastra seperti cerpen, teks drama, ataupun novel. Fungsi dari latar, yaitu untuk memperkuat atau mempertegas keyakinan pembaca terhadap alur suatu Judultersebut dipinjam Teater Garasi dari puisi karangan Sapardi Djoko Damono 'Yang Fana Adalah Waktu' (1978). Didukung oleh Badan Ekonomi Kreatif dan Bakti Budaya Djarum Foundation, pertunjukan 'Yang Fana Adalah Waktu' masih bisa disaksikan di Goethe-Institut Jakarta, Jalan Dr.Sam Ratulangi No 9-15, Menteng, Jakarta Pusat, pada 30-31 Juli Dalampuisi ini Sapardi sengaja membuat puisi dengan pemahaman yang sarkatik dengan cara membalikkan kenyataan bahwa manusia adalah makhluk yang fana sedangkan waktu adalah sesuatu yang abadi. Kiranyadirimu mengerti bahwa tak sedikit bahagia adalah fana, Wahai generasi bangsa yang memiliki semangat luar biasa, puisi yang tertuang di rubrik sastra disertai dengan analisis makna puisi. Dengan proses ini, sobat pembaca dapat lebih mudah memahami pesan yang terkandung di dalam bait-bait puisi. Mengutipdari Business Wire, berikut adalah beberapa manfaat lain saat melakukan trend analysis. 1. Membandingkan perusahaan dengan kompetitor. Menggunakan analisis tren, kamu dapat membandingkan performa perusahaanmu dengan dua atau lebih perusahaan kompetitor dalam jangka waktu tertentu. Kamu pun bisa menggunakannya untuk mengukur SIMPULANDAN SARAN Untuk mendapatkan sebuah produk pengembangan media yang baik, maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah menganalisis kebutuhan. Berdasarkan kebu- tuhan yang ada dilakukan analisis terhadap beberapa aspek, yaitu analisis kuri- kulum pembelajaran, analisis siswa, analisis sumber belajar, dan analisis referensi pengembangan. danYang Fana Adalah Waktu (2018). Puisi-puisi yang ditulis Sapardi cenderung puisi-puisi yang imajis-intelektual. Menurut Mahayana (2015: 14) puisi Sapardi Djoko Damono tidak semata ekspresi perasaan hati, melainkan pergulatan estetis dan tarik-menarik gejolak perasaan yang melimpah dan yang harus SastrawanSenior Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia. Meski demikian, mengutip salah satu karyanya, “Yang Fana Adalah Waktu”, sementara karya-karya Sapardi, tetap abadi. Untuk kalian pecinta puisi romantis, Urbanasia telah merangkumkan 9 karya Sapardi yang menyentuh hati: Salah satu karya Sapardi Djoko Damono. (gramedia.com) 1. Aku Ingin. Seiringwaktu berjalan, kamu pun menyadari Takkan pernah ada bidadari yang abadi Semuanya akan hilang, pada saatnya Semuanya akan berubah, pada waktunya. Segala keindahannya hanyalah fana Begitu juga kecantikannya, takkan sama Kelak ia akan kembali menjadi manusia dan kau yang kecewa, meninggalkannya. Jagalah cinta, jagalah rasa cinta.. iYFUnp. 100% found this document useful 2 votes711 views10 pagesOriginal TitleAnalisis struktur batin puisi yang fana adalah waktuCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 2 votes711 views10 pagesAnalisis Struktur Batin Puisi Yang Fana Adalah WaktuOriginal TitleAnalisis struktur batin puisi yang fana adalah waktuJump to Page You are on page 1of 10 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 9 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. Puisi Sapardi Djoko Damono – Sapardi Djoko Damono adalah salah seorang sastrawan besar Indonesia yang mempunyai karya-karya luar biasa. Melalui karya-karyanya, Sapardi juga banyak memperoleh penghargaan-penghargaan besar, baik dari dalam maupun luar negeri. Salah satu karyanya berupa puisi-puisi yang luar biasa, bahkan kumpulan puisi itu tidak mati maupun lekang oleh waktu. Sajak-sajak Sapardi telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa daerah. Dia tidak saja aktif menulis puisi, tetapi juga cerita pendek. Selain itu, dia juga menerjemahkan berbagai karya penulis asing, menulis esai, serta menulis sejumlah kolom atau artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola. Sapardi Djoko Damono Ministry of Finance of the Republic of Indonesia/Public domain in Indonesia. Ada banyak sekali karya-karya besar yang dimilikinya. Beberapa karya Sapardi Djoko Damono antara lain Duka-Mu Abadi 1969, Mata Pisau 1974, Perahu Kertas 1983, Sihir Hujan 1984, Hujan Bulan Juni 1994, Arloji 1998, Ayat-Ayat Api 2000, Mata Jendela 2000, dan masih banyak lagi. Tentu banyak puisi karya Sapardi Djoko Damono ini mempunyai tempat tersendiri di hati para penggemarnya. Sapardi banyak menerima penghargaan, di antaranya adalah Cultural Award Australia, 1978, Anugerah Puisi Putra Malaysia, 1983, SEA Write Award Thailand, 1986, Anugerah Seni Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1990, Kalyana Kretya dari Menristek RI 1996, Achmad Bakrie Award Indonesia, 2003, Akademi Jakarta Indonesia, 2012, Habibie Award Indonesia, 2016, dan ASEAN Book Award 2018. Sebagaimana dilansir dari beberapa sumber, inilah beberapa kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono yang menyentuh hati, bahkan tak lekang oleh waktu sampai saat ini. Yuk, langsung saja simak ulasan berikut ini hingga selesai! Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono1. Aku Ingin2. Hatiku Selembar Daun3. Hujan Bulan Juni4. Yang Fana Adalah Waktu5. Pada Suatu Hari Nanti6. Kuhentikan Hujan7. Hanya8. Menjenguk Wajah di Kolam9. Sajak Kecil Tentang Cinta10. Sajak Tafsir11. Kita Saksikan12. Akulah Si Telaga13. Metamorfosis14. Sajak Putih15. Dalam Diriku16. Sementara Kita Saling Berbisik17. Tentang Matahari18. Ia Tak Pernah19. Gerimis Jatuh20. Dalam DoakuRujukanRekomendasi Buku dan E-Book Terkait1. Sapardi Djoko Damono Karya dan Dunianya2. Hujan Bulan Juni Sebuah Novel3. Hujan Bulan Juni Sepilihan Sajak 1. Aku Ingin Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada 1989 2. Hatiku Selembar Daun Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput; Nanti dulu, biarkan aku sejenak terbaring di sini; ada yang masih ingin kupandang, yang selama ini senantiasa luput; Sesaat adalah abadi sebelum kausapu tamanmu setiap pagi. 3. Hujan Bulan Juni tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu 4. Yang Fana Adalah Waktu Yang fana adalah waktu. Kita abadi memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa “Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu. Kita abadi. 1978 5. Pada Suatu Hari Nanti Pada suatu hari nanti, Jasadku tak akan ada lagi, Tapi dalam bait-bait sajak ini, Kau tak akan kurelakan sendiri. Pada suatu hari nanti, Suaraku tak terdengar lagi, Tapi di antara larik-larik sajak ini. Kau akan tetap kusiasati, Pada suatu hari nanti, Impianku pun tak dikenal lagi, Namun di sela-sela huruf sajak ini, Kau tak akan letih-letihnya kucari. 6. Kuhentikan Hujan Kuhentikan hujan Kini matahari merindukanku, mengangkat kabut pagi perlahan Ada yang berdenyut dalam diriku Menembus tanah basah Dendam yang dihamilkan hujan Dan cahaya matahari Tak bisa kutolak Matahari memaksaku menciptakan bunga-bunga 7. Hanya Hanya suara burung yang kau dengar dan tak pernah kaulihat burung itu tapi tahu burung itu ada di sana Hanya desir angin yang kaurasa dan tak pernah kaulihat angin itu tapi percaya angin itu di sekitarmu Hanya doaku yang bergetar malam ini dan tak pernah kaulihat siapa aku tapi yakin aku ada dalam dirimu 8. Menjenguk Wajah di Kolam Jangan kau ulang lagi menjenguk wajah yang merasa sia-sia, yang putih yang pasi itu. Jangan sekali-kali membayangkan Wajahmu sebagai rembulan. Ingat, jangan sekali-kali. Jangan. Baik, Tuan. 9. Sajak Kecil Tentang Cinta Mencintai angin harus menjadi siut Mencintai air harus menjadi ricik Mencintai gunung harus menjadi terjal Mencintai api harus menjadi jilat Mencintai cakrawala harus menebas jarak Mencintai-Mu harus menjelma aku 10. Sajak Tafsir Kau bilang aku burung? Jangan sekali-kali berkhianat kepada sungai, ladang, dan batu. Aku selembar daun terakhir yang mencoba bertahan di ranting yang membenci angin. Aku tidak suka membayangkan keindahan kelebat diriku yang memimpikan tanah, tidak memercayai janji api yang akan menerjemahkanku ke dalam bahasa abu. Tolong tafsirkan aku sebagai daun terakhir agar suara angin yang meninabobokan ranting itu padam. Tolong tafsirkan aku sebagai hasrat untuk bisa lebih lama bersamamu. Tolong ciptakan makna bagiku, apa saja — aku selembar daun terakhir yang ingin menyaksikanmu bahagia ketika sore tiba. 11. Kita Saksikan kita saksikan burung-burung lintas di udara kita saksikan awan-awan kecil di langit utara waktu itu cuaca pun senyap seketika sudah sejak lama, sejak lama kita tak mengenalnya di antara hari buruk dan dunia maya kita pun kembali mengenalnya kumandang kekal, percakapan tanpa kata-kata saat-saat yang lama hilang dalam igauan manusia 1967 12. Akulah Si Telaga akulah si telaga berlayarlah di atasnya; berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil yang menggerakkan bunga-bunga padma; berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya; sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja perahumu biar aku yang menjaganya. 1982 13. Metamorfosis Ada yang sedang menanggalkan kata-kata yang satu demi satu mendudukkanmu di depan cermin dan membuatmu bertanya tubuh siapakah gerangan yang kukenakan ini ada yang sedang diam-diam menulis riwayat hidupmu menimbang-nimbang hari lahirmu mereka-reka sebab-sebab kematianmu ada yang sedang diam-diam berubah menjadi dirimu. 14. Sajak Putih Beribu saat dalam kenangan Surut perlahan Kita dengarkan bumi menerima tanpa mengaduh Sewaktu detik pun jatuh Kita dengar bumi yang tua dalam setia Kasih tanpa suara Sewaktu bayang-bayang kita memanjang Mengabur batas ruang Kita pun bisu tersekat dalam pesona Sewaktu ia pun memanggil-manggil Sewaktu Kata membuat kita begitu terpencil Di luar cuaca 15. Dalam Diriku Dalam diriku mengalir sungai panjang Darah namanya; Dalam diriku menggenang telaga darah Sukma namanya; Dalam diriku meriak gelombang sukma Hidup namanya! Dan karena hidup itu indah Aku menangis sepuas-puasnya. 16. Sementara Kita Saling Berbisik Sementara kita saling berbisik untuk lebih lama tinggal pada debu, cinta yang tinggal berupa bunga kertas dan lintasan angka-angka ketika kita saling berbisik di luar semakin sengit malam hari memadamkan bekas-bekas telapak kaki, menyekap sisa-sisa unggun api sebelum fajar. Ada yang masih bersikeras abadi. 1966 17. Tentang Matahari Matahari yang ada di atas kepalamu itu Adalah balon gas yang terlepas dari tanganmu waktu kau kecil, adalah bola lampu yang ada di atas meja ketika kau menjawab surat-surat yang teratur kauterima dari sebuah Alamat, adalah jam weker yang berdering saat kau bersetubuh, adalah gambar bulan yang dituding anak kecil itu sambil berkata “Ini matahari! Ini matahari!” Matahari itu? Ia memang di atas sana supaya selamanya kau menghela bayang-bayangmu itu. 1971 18. Ia Tak Pernah Ia tak pernah berjanji kepada pohon untuk menerjemahkan burung menjadi api ia tak pernah berjanji kepada burung untuk menyihir api menjadi pohon ia tak pernah berjanji kepada api untuk mengembalikan pohon kepada burung 19. Gerimis Jatuh Gerimis jatuh kau dengar suara di pintu Bayang-bayang angin berdiri di depanmu Tak usah kau ucapkan apa-apa; seribu kata Menjelma malam, tak ada yang di sana Tak usah; kata membeku, Detik meruncing di ujung sepi itu Menggelincir jatuh Waktu kaututup pintu. Belum teduh dukamu. 20. Dalam Doaku Dalam doa subuhku ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara Ketika matahari mengambang di atas kepala, dalam doaku kau menjelma pucuk pucuk cemara yang hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang tiba tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu Magrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat perlahan dari nun disana, bersijingkat di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku, yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku Aku mencintaimu, itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu Itulah artikel terkait “Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono” yang bisa kalian gunakan untuk referensi dan bahan bacaan. Jika ada saran, pertanyaan, dan kritik, silakan tulis di kotak komentar bawah ini. Bagikan juga tulisan ini di akun media sosial supaya teman-teman kalian juga bisa mendapatkan manfaat yang sama. Untuk mendapatkan lebih banyak informasi, Grameds juga bisa membaca buku yang tersedia di Sebagai SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan dan pengetahuan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi LebihDenganMembaca. Semoga bermanfaat! Rujukan Sarumpaet, Riris K. Toha; Budianta, Melani 2010. Membaca Sapardi. Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Soemanto, Bakdi 2006. Sapardi Djoko Damono Karya dan Dunianya. Jakarta Grasindo. Tarsyad, Tarman Effendi 2009. Bahasa dan Gaya Puisi Sapardi Djoko Damono Analisis Stilistika. Banjarmasin Tahura Media. Rekomendasi Buku dan E-Book Terkait 1. Sapardi Djoko Damono Karya dan Dunianya Kita harus menyadari bahwa Sapardi telah dengan sengaja memilih untuk selalu berada dalam kaitan antara ambiguitas dan konvensi puisi agar bisa memahami dengan baik karya-karyanya. Dalam kenyataannya, dia telah menciptakan genre baru dalam kesusastraan Indonesia
. A. Teeuw, Modern Indonesia Literature II, 1979. Buku ini juga memuat tinjauan atas semua karya-karya asli Sapardi. Namun, Bakdi menyodorkan tafsirnya itu sebagai pilihan saja. Sebab, kata Bakdi, di samping tafsir itu bisa sangat macam-macam tergantung dari “latar belakang” yang ada di dalam benak pembaca, Sapardi sendiri menekankan bahwa membaca karya sastra sepenuhnya tergantung dari pembaca. Ya, buku ini penting untuk memahami sosok dan sikap seorang Sapardi. Buku ini penting untuk memahami sosok dan sikap seorang Sapardi. Setelah itu, berbekal pemahaman yang cukup atas sosok dan sikapnya, tersedia bekal yang memadai pula untuk memahami sajak-sajaknya. Buku ini juga memuat hal-hal trivial dari seorang Sapardi. Sapardi pun pernah ikut bermain drama dan disutradarai oleh Rendra. Satu alasan lagi kenapa Sapardi layak diberi hormat sebagai sosok penyair yang penting. Dia bukan penyair yang besar kepala, bahkan mengakui bahwa setiap kali menulis puisi sampai sekarang pun selalu merupakan langkah awal belajar menulis lagi. Tentu maksudnya, dia melakukan percobaan-percobaan. Puisi tidak tercipta secara serta merta, tidak siap saji. 2. Hujan Bulan Juni Sebuah Novel Aku Ingin aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada – Sapardi Djoko Damono, 1989. Bagaimana mungkin seseorang memiliki keinginan untuk mengurai kembali benang yang tak terkirakan jumlahnya dalam selembar sapu tangan yang telah ditenunnya sendiri? Bagaimana mungkin seseorang bisa mendadak terbebaskan dari jaringan benang yang susun-bersusun, silang-menyilang, timpa-menimpa dengan rapi di selembar sapu tangan yang sudah bertahun-tahun lamanya ditenun dengan sabar oleh jari-jarinya sendiri oleh kesunyiannya sendiri, oleh ketabahannya sendiri, oleh tarikan dan hembusan napasnya sendiri, oleh rintik waktu dalam benaknya sendiri, oleh kerinduannya sendiri, oleh penghayatannya sendiri tentang hubungan-hubungan pelik antara perempuan dan laki-laki yang tinggal di sebuah ruangan kedap suara yang bernama kasih sayang? Bagaimana mungkin? – Sajak-sajak 1971 umumnya adalah sajak-sajak yang jika dibaca penyair lain akan menimbulkan seru, “Mengapa saya tidak menulis seperti itu tentang itu!”. Dengan kata lain, merupakan puisi-puisi yang harus karena layak dicemburui – Goenawan Mohamad. Dia telah menciptakan genre baru dalam kesusastraan Indonesia, yang sampai kini belum ada nama yang sesuai untuknya. Dia seorang penyair yang orisinil dan kreatif, yang eksperimen-eksperimennya serta inovasi yang sangat mengejutkan dalam segala kesederhanaannya – 3. Hujan Bulan Juni Sepilihan Sajak Hujan Bulan Juni – Sepilihan Sajak adalah buku berisi kumpulan sajak karya sastrawan terkenal, Sapardi Djoko Damono, yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada 2015. Buku ini tersedia dalam dua format, yakni hard cover dan soft cover. Penulis merupakan seorang pujangga Indonesia yang terkenal dengan karya-karya literasi sajak dan puisinya. Hasil karya Sapardi Djoko Damono yang tak lekang dimakan waktu tetap diingat hingga sekarang, meskipun ditulis pada tahun 1970-an, bahkan dijadikan panduan bagi sastrawan masa kini. Buku ini berisi kumpulan sajak yang pernah diciptakan oleh penulis untuk mengenang karya-karyanya yang luar biasa. Hasil karya penulis menjadi pendobrak dalam kesusastraan Indonesia. Pencapaian inilah yang membuat nama Sapardi Djoko Damono menjadi besar dan diakui sebagai salah satu orang paling berpengaruh dalam sejarah kesusastraan Indonesia. Buku ini diperuntukkan bagi Anda yang menyukai puisi dan ingin memperdalam ilmu sastra, terutama sajak dan puisi. Kehadiran buku ini juga akan menunjukkan keajaiban kata-kata yang ditulis oleh sosok Sapardi Djoko Damono. Sekilas Cuplikan Hujan Bulan Juni – Sepilihan Sajak Aku Ingin aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada – Sapardi Djoko Damono, 1989. BACA JUGA Selamat Datang, Bulan *Puisi Berguru Kepada Puisi Super Lengkap Peribahasa Indonesia Plus Puisi & Pantun Super Lengkap Peribahasa Indonesia Plus Puisi & Pantun ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien Return to Article Details Analisis Puisi “Yang Fana Adalah Waktu” Karya Sapardi Djoko Damono dengan pendekatan Stilistika Download Download PDF

analisis puisi yang fana adalah waktu